I Gusti Ngurah Agung Rai Wirajaya kenang kembali mendiang sebagai politikus humble dan jarang geram. Dan I Made Urip menyebutkan mendiang individu yang spiritual, punyai kepribadian dan norma yang pantas diteladani.
GIANYAR, NusaBali
Ida Pedanda Besar Sedhawa Jelantik Putra, 86, yang saat walaka (belum madwijati) namanya Ida Bagus Putu Wesnawa, lebar (meninggal dunia) pada usia 86 tahun. Bekas Ketua DPRD Propinsi Bali dua masa (1999-2004 dan 2004-2009) ini mengembuskan napas paling akhir di Geriya Sedawa, Dusun Tradisi Tegal Tugu, Kecamatan/Kabupaten Gianyar pada Wraspati Wage Bala, Kamis (31/7) sekitaran jam 13.00 Wita.
Saat hidupnya, mendiang dikenali sebagai figur politik senior, pengajar, sekalian sulinggih yang tegar dalam dedikasi religius. Menurut keluarga, mendiang lebar dengan tenang dan tanpa keluh kesah.
Acara upacara palebon akan dimulai malelet (nyiramin) bersamaan dengan rahina Purnama pada Sukra Paing Ugu, Jumat (8/8). Seterusnya, upacara munggah palebon diadakan pada Saniscara Paing Klawu, Sabtu (23/8), dan pucuk upacara palebon akan dilakukan pada Buda Umanis Dukut, Rabu (27/8), berada di area Geriya Sedawa.
Adik mendiang, Ida Bagus Sedhawa, menjelaskan saat sebelum lebar, mendiang masih juga dalam keadaan sehat dan melakukan aktivitas seperti umumnya. Saat pagi hari, sebelumnya sempat jalan-jalan disekitaran geriya, masiram (mandi), lakukan Surya Sewana, marayunan (makan pagi) kentang, lantas tiduran di gedong. “Saat rehaban itu beliau lebar, tanpa keluh kesah apa pun itu awalnya,” tutur IB Sedhawa saat dijumpai di Geriya Sedawa, Sabtu (2/8).
Ida Bagus Putu Wesnawa lahir di 26 Januari 1939. Pada 2014, madwijati menjadi sulinggih dengan gelar Ida Pedanda Besar Sedhawa Jelantik Putra, dan semenjak itu membaktikan diri sebagai sulinggih sepanjang 11 tahun sampai akhir hayatnya.
Saat sebelum dikenali sebagai politikus, IB Wesnawa ialah seorang pengajar. Profesinya diawali sebagai guru honorer di SMAN 1 Gianyar. Selanjutnya membangun Yayasan Pendidikan Dwijendra Gianyar, menjadi Kepala Sekolah SMP dan SMA Dwijendra Gianyar. “Kesenangannya pada dunia pendidikan hebat. Beliau punyai idealisme sebagai pengajar sejati,” papar IB Sedhawa.
Pada dunia politik, IB Wesnawa dikenali sebagai figur visioner dan tegar junjung beberapa nilai Pancasila dan hati nurani. Profesi politiknya dimulai dari organisasi orang-tua siswa, sampai pada akhirnya masuk ke pentas parlemen. “Di PDIP, beliau sebelumnya sempat memegang Ketua DPD PDIP Bali. Figurnya benar-benar disegani di intern partai, bahkan juga mempunyai jalinan dekat sama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Pada suatu keadaan deadlock pemilihan Ketua DPD PDIP Bali, saat itu, Ibu Megawati menunjuk secara langsung beliau menjadi ketua yang waktu itu memegang Sekretaris DPD PDIP Bali sebagai jalan tengah,” ungkapkan IB Sedhawa.
Pucuk profesi politiknya ialah saat memegang sebagai Ketua DPRD Propinsi Bali sepanjang dua masa, yang dikenal juga dekat sama Gubernur Bali dua masa, Dewa Made Beratha. Mereka sama asal dari Gianyar dan sebelumnya pernah sekolah di Denpasar. “Beliau adalah alumnus angkatan pertama Sarjana Muda Sastra di Kampus Udayana,” paparnya.
Selainnya politikus dan pengajar, mendiang adalah individu yang spiritual. Semenjak umur 30 tahun telah jalani gaya hidup vegetarian, dan masih tetap sehat bahkan juga saat wabah Covid-19. “Sepanjang wabah, beliau masih tetap kuat. Tidak ada penyakit serius,” kata IB Sedhawa.
IB Wesnawa adalah anak sulung dari 10 bersaudara. Ayahandanya adalah figur pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI) di Kabupaten Gianyar. Aksi politik ayahandanya selanjutnya diteruskan oleh IB Wesnawa. Di kehidupan keluarga, mendiang tinggalkan 6 anak (terbagi dalam 2 putra dan 4 putri), dan 9 cucu. Sementara itu Ida Pedanda istri yang saat walaka namanya Paksa Putu Pudji, sudah terlebih dahulu berpulang.
Lebar-nya Ida Pedanda Gde Sedhawa Jelantik Putra (Ida Bagus Putu Wesnawa) tinggalkan duka dalam untuk kader PDI Perjuangan di Bali. Mahfum, Ida Pedanda Sedhawa ialah kader militan PDI (Partai Demokrasi Indonesia) yang selanjutnya menjadi PDI Perjuangan (PDIP).
Saat walaka, figur Ida Bagus Putu Wesnawa menjadi Ketua DPD PDIP Bali masa 1997-2000 dan 2000-2005. Saat memegang Ketua DPD PDIP Bali 1997-2000 yang memegang Sekretaris DPD ialah I Made Urip. Sementara saat memegang sebagai Ketua DPD PDIP Bali masa 2000-2005 yang menemani sebagai Sekretaris DPD PDIP Bali ialah I Gusti Agung Rai Wirajaya.
Gus Wes, panggilan akrabnya saat walaka, sempat juga menempati kedudukan Ketua DPRD Bali masa 1999-2004 dan 2004-2009.
I Gusti Ngurah Agung Rai Wirajaya, Sekretaris DPD PDIP masa 2000-2005 diverifikasi NusaBali, Sabtu (2/8) malam, menjelaskan figur Gus Wes ialah figur yang humble (rendah hati). “Figur humble yang jarang-jarang geram,” tutur bekas anggota Fraksi PDIP DPR RI empat masa ini.
I Gusti Ngurah Agung Rai Wirajaya (pakaian hitam) melayat ke Geriya Sedawa, Dusun Tradisi Tegal Tugu, Kecamatan/Kabupaten Gianyar, Sabtu (2/8). -IST
Kata Rai Wirajaya, dianya kenang kembali mendiang Gus Wes sebagai figur yang responsive pada masalah dalam organisasi atau instansi.
“Responsive dengan penuntasan yang tenang. Tidak grasa-grusu. Jika sedang hadapi orang emosi, tidak langsung diladeni. Kelak sesudah situasi tenang, baru diundang dibawa berbicara. Beliau loyalis Bu Mega (Ketua Umum PDIP). Beliau satu diantara figur yang pilih gabung dengan Megawati saat PDI pecah menjadi dua tim,” ingat politikus asal Kelurahan Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara yang tempo hari melayat ke rumah duka.
Sementara I Made Urip, bekas Sekretaris DPD PDIP Bali masa 1997-2000 yang sempat juga menemani Gus Wes, menjelaskan, mendiang ialah figure tegas dan spiritual. “Individu yang spiritual, punyai kepribadian dan norma yang pantas diteladani,” kata bekas anggota Fraksi PDIP DPR RI lima masa ini.
Urip kenang kembali figur Gus Wes sebagai politikus yang tenang dan demokratis. Politikus yang rekat dengan akar rumput, bukan kader jenggot yang dekat dan menempel kekuasaan. “Kami benar-benar kehilangan anutan, kehilangan guru panutan. Beliau itu kader PDIP tulen, jujur dan memiliki integritas,” sebut politikus asal Dusun Tua, Kecamatan Marga, Tabanan, ini.
“Aku bersama Gus Wes sebagai utusan Konferensi Luar Biasa PDI tahun 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya,” tambah Urip.
Anggota DPR RI Fraksi PDIP I Nyoman Parta dijumpai di dalam rumah duka, Sabtu tempo hari, mengutarakan duka dalam atas lebar-nya Ida Pedanda Besar Sedhawa Jelantik Putra. Untuk Parta, Ida Pedanda bukan sekedar sulinggih, tapi juga figur yang berjasa diperjalanan politiknya.
“Sesudah mendapatkan berita beliau lebar, tiyang merasa benar-benar kehilangan karena punyai jalinan bersejarah dengan beliau. Tiyang menjadi anggota dewan karena beliau,” sebut Parta.
Parta kenang kembali saat-saat awalnya dianya berusaha di dunia aktivis dan politik. “Aku masih ingat, beliau saat itu berbicara, ‘Pak Nyoman wara-wiri terus Bandung-Bali, aktif menjadi aktivis. Ingin menjadi anggota dewan’, demikian kurang lebih pokoknya,” kata Parta. Pada akhirnya Parta menjadi calon anggota dewan sampai dipilih.
Parta sampaikan jika secara individu ia sebelumnya pernah dua masa dibantu oleh mendiang waktu di DPRD Bali. “Beliau figur pimpinan yang punyai kredibilitas tinggi. Apa yang beliau sedang pikirkan dan katakan, itu yang beliau kerjakan. Susah cari pimpinan seperti beliau, yang sederhana hidupnya,” katanya.
Menurut Parta, nilai plus seorang Ida Pedanda Besar Sedhawa Jelantik Putra tidak cuma dari segi politik, tapi juga religius. “Kelebihan beliau karena di geriya beliau belajar banyak pengetahuan agama . Maka dari sisi pengetahuan politik, beliau sampaikan beberapa pesan agama. Itu yang hebat dari beliau,”